Jasa Fabrikasi Conveyor Belu | 0812-2245-0496

Jasa fabrikasi conveyor Belu menaikkan pendapatan usaha Anda menggunakan dengan conveyor custom cocok Kebutuhan produksi.

 

Jasa fabrikasi conveyor Belu

Kami membantu menaikkan keuntungan bisnis Anda memakai dengan conveyor custom sesuai Kebutuhan produksi.

 

 

Jasa fabrikasi conveyor Belu

 

 

Jangan biarkan omset bisnis Anda STAGNAN DAN TURUN karena lini PRODUKSI LAMBAT tanpa CONVEYOR Custom yang TEPAT!!!!

 

Usaha mandeg bahkan bangkrut gara-gara tidak menggunakan jasa fabrikasi conveyor Belu

 

Alat produksi seperti conveyor sungguh-sungguh penting untuk mensupport produksi Anda. Jikalau Anda ingin meningkatkan produksi maka conveyor custom yang sesuai dengan desain untuk memaksimalkan produksi adalah suatu keharusan. Dengan menggunakan conveyor yang tidak sesuai dengan kebutuhan karenanya Anda akan mengalami dua kerugian. Pertama, uang Anda sia-siakan karna membeli barang produksi yang tidak cocok dan kedua, goal Anda untuk meningkatkan produksi tak tercapai.

 

Bagaimana metode jasa fabrikasi conveyor Belu memproduksi conveyor untuk Anda…

Untuk dapat memproduksi conveyor custom yang dapat mengoptimalkan produksi sehingga meningkatkan pendapatan Anda, kami mempunyai tiga keunggulan dari jasa fabrikasi conveyor Belu yaitu:

Desain Conveyor Custom sesuai Kebutuhan

Datum Presisi untuk merancang conveyor custom pantas dengan keperluan produksi agar produksi bisa optimal.

Kelengkapan dan Perlengkapan Modern Terupdate

Datum Presisi menawarkan jasa fabrikasi conveyor Belu mengaplikasikan bahan terbaik dan perlengkapan modern terkini supaya fabrikasi conveyor bisa maksimal.

Pemasangan dan Instalasi Conveyor Optimal

Datum Presisi menawarkan pemasangan dan instalasi yang fit dengan kelengkapan produksi yang lain.

 

Portfolio fabrikasi conveyor Belu

Kami sudah memfabrikasi conveyor sebanyak:

Animasi Perhitungan Hasil Produksi Conveyor

Dan akan terus bertambah seiring waktu.

 

Saat ini kami sudah melayani ratusan perusahaan untuk menolong mereka meningkatkan produksi. Berikut yakni diantaranya.

 

Animasi Logo klien

 

 

Testimoni Klien Jasa fabrikasi conveyor Belu Yang Puas…

Berikut yakni beberapa testimoni dari klien kami untuk menunjukan kepuasannya terhadap hasil produksi fabrikasi kami.

Harga sebanding dengan kualitasnya

Setelah dibanding-banding harga conveyor di datum harga paling kompetitif dan make sense, setelah mendapat produknya harga sebanding dengan kualitasnya

 Bpk. Alan Perdana – PT Illiadi

Selama operasional tidak ada masalah

Sebelum di datum, conveyor dari produsen lain sering bermasalah. Dengan conveyor dari datum, selama operasional tidak ada masalah sehingga produksi meningkat

Bpk. Darmaga Ramelan – PT Radiant Utama Interinsco

Desain, fabrikasi dan instalasi cepat

Proses desain fabrikasi dan instalasi cepat dan yang dipesan matching dan sesuai dengan mesin yang lain sehingga produksi dapat ditingkatkan optimal

Bpk. Husin Nugraha – PT Integra Geosolusindo

 

Berkeinginan menaikkan keuntungan dengan conveyor custom yang tepat? Ikuti 3 tahap ini…

Datum Presisi menawarkan jasa fabrikasi conveyor Belu untuk menaikkan jumlah produksi sehingga pendapatan naik. Untuk menempuh tujuan hal yang demikian, silahkan ikuti Tiga tahap berikut:

WA Kami Saat Ini Juga Untuk Konsultasi

Silahkan hubungi kami, jasa fabrikasi conveyor Belu, via WA / Telepon untuk berbicara tentang conveyor yang cocok dengan keperluan usaha Anda.

Survey, Desain, Fabrikasi Dan, Pemasangan

Kami, jasa fabrikasi conveyor Belu, bisa melakukan survey bila diperlukan untuk dapat merancang, fabrikasi dan pemasangan.

Keuntungan Meningkat Dengan Conveyor Custom

Omset bisnis Anda akan tambah dengan conveyor custom terbaik terbaik memenuhi kebutuhan produksi secara maksimal.

 

 

Jasa fabrikasi conveyor Belu

Kami, jasa fabrikasi conveyor Belu, mampu memfabrikasi semua jenis conveyor. Berikut Kami tawarkan 5 macam utama conveyor custom untuk berbagai kebutuhan. Penawaran khususKeempat jenis conveyor tersebut ialah:

Gravity Roller Conveyor; Harga 4 jt menjadi 2,5 jt per meter.

Belt Conveyor; Harga 7,5 jt menjadi 5 jt per meter.

Screw Conveyor; Harga 9,5 jt menjadi 7,5 jt per meter.

Chain Conveyor; Harga 8 jt menjadi 5 jt per meter.

 

 

Jasa fabrikasi conveyor Belu

Kami tahu Anda mau mengembangkan usaha dan meningkatkan omset dari bisnis Anda. Untuk menempuhnya berharap tak ingin peningkatan produksi secara jumlah dan kecepatan wajib dijalankan. Untuk hal hal yang demikian diperlukan mesin produksi yang lebih kencang dan maksimal.

Tanpa adanya conveyor custom yang cocok dengan cara yang ada, peningkatan produksi tidaklah mungkin. Conveyor yang pantas dan cocok yang sanggup memaksimalkan alur produksi yang ada rupanya tak mudah didapatkan. Tapi ini membikin peningkatan produksi tertunda dan membuat Anda tertekan dan stress memperhatikan masa depan usaha Anda.

Anda tahu selain menerima dan melayani klien Anda dengan baik, lini produksi yang optimal ialah kunci kemajuan bisnis Anda. , Anda tidak memiliki keahlian untuk dapat mengembangkan desain conveyor untuk produksi Anda.

Disinilah Kami, Datum Presisi jasa fabrikasi conveyor Belu, hadir untuk menolong lini produksi Anda.

Kami telah membantu ratusan usaha untuk meningkatkan volume produksi yang diharapkan. Dengan tiga keunggulan yang kami miliki, kami yakin dapat menolong Anda meningkatkan omset dengan meningkatkan produksi dengan tiga keunggulan utama.

Tiga keunggulan kami merupakan desain conveyor custom layak keperluan, peralatan dan kelengkapan modern terkini dan pemasangan dan instalasi conveyor optimal.

Jadi Silahkan hubungi kami, jasa fabrikasi conveyor Belu melalui WA / Telepon untuk berbincang-bincang perihal fabrikasi conveyor Belu yang cocok keperluan usaha Anda, kami dapat melakukan kuesioner sekiranya dibutuhkan untuk bisa mendesain. fabrikasi dan instalasi, dan Omset usaha Anda akan meningkat dengan jasa fabrikasi conveyor Belu terbaik memenuhi keperluan produksi secara maksimal.

Jadi segera HENTIKAN PENURUNAN OMSET bisnis Anda dan mulailah TINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI Anda, dengan menggunakan JASA FABRIKASI CONVEYOR CUSTOM

Belu.

 

 

Jenis Produksi Conveyor

Kami memfabrikasi semua jenis conveyor seperti conveyor batu bara,conveyor belt, gravity roller conveyor, screw conveyor,v belt conveyor,conveyor belt rollers,rubber conveyor belt,wire mesh conveyor,cake breaker conveyor,roller chain conveyor,table top chain conveyor,chain conveyor, drag chain conveyor,flat belt conveyor,modular belt conveyor,rubber skirt conveyor,screw conveyor design,bottom cross conveyor,conveyor aluminium profile,drum roller conveyor,overhead chain conveyor,overhead conveyor,snubber roller conveyor,bottle conveyor belt,box elevator conveyor,bread cooling conveyor,drive pulley conveyor,vertical screw conveyor,conveyor belt bed,heavy duty roller conveyor, horizontal bucket conveyor, dll.

 

Asal klien jasa fabrikasi conveyor Belu

Asal konsumen klien PT Datum Presisi Indonesia berasal dari Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur melalui online.

Sekilas tentang Kabupaten Belu

Kabupaten Belu adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten ini beribu kota di Atambua. Memiliki luas wilayah 1.284,94 km² (menurut BPS) atau 1.284,97 km² (menurut Kemendagri), terbagi dalam 12 kecamatan, 12 kelurahan dan 69 desa, termasuk 30 desa dalam 8 kecamatan perbatasan.

Secara astronomis, kabupaten ini terletak pada 124°40’33” BT – 125°15’23”BT dan 08°70’ 30”LS – 09°23’30”LS, dengan berbatasan geografi dengan Selat Ombai di utara, Kabupaten Malaka di selatan, Timor Leste di timur, dan Kabupaten TTU di barat.

Kabupaten ini juga merupakan kabupaten dengan penanggulanganan korupsi terbaik di Nusa Tenggara Timur, diikuti oleh Kabupaten Manggarai pada posisi kedua.

Umumnya penduduk Kabupaten Belu berasal dari ras Melayu Tua (Proto Melayu), ras yang diyakini lebih tua dan lebih awal mendiami Pulau Timor. Selain Ras Melayu Tua, terdapat juga ras Melayu Muda (Deutero Melayu) dan Asia (Cina). Baik ras Proto Melayu, Deutero Melayu dan Asia, telah berbaur dan telah terikat dalam sistem kawin-mawin, sejak beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun silam. Di Kota Atambua, juga beberapa kota kecil seperti Atapupu, Halilulik, Betun, terdapat juga sejumlah kecil penduduk yang berasal dari luar Kabupaten Belu, entah dari Pulau Timor sendiri, ataupun dari luar Pulau Timor. Penutur adat Kabupaten Belu, yang dijuluki gelar Mako’an, menuturkan bahwa konon Pulau Timor ini belum muncul ke permukaan. Semua masih ditutupi air. Hal itu dibayangkan dengan Zaman es (atau Zaman Glasial) yang terjadi sekitar 500 atau 600 ribu tahun silam.

Konon, seluruh permukaan bumi tertutup air, termasuk di Timor. Namun pada suatu ketika, di Timor, muncullah sebuah titik, yang ternyata itu adalah puncak tertinggi dari keseluruhan Pulau Timor kelak. Titik kecil itu muncul dan bersinar sendiri. Orang di generasi sesudahnya menggambarkan kembali titik bumi yang muncul itu dengan sapaan adat: Fo’in Nu’u Manu Matan (baru seperti biji mata ayam), Foin Nu’u Bua Klau (baru seperti potongan sebelah pinang), Foin Nu’u Etu Kumun (baru seperti gumpalan nasi di tangan), dan Foin Nu’u Murak Husar (baru sebesar pusar mata uang). Titik kecil itulah yang kelak dikenal dengan Gunung Lakaan sekarang, sebagai puncak tertinggi di Kabupaten Belu. Oleh karenanya, tidaklah heran kalau Orang Belu menjuluki puncak itu dengan nama Foho Laka An (gunung yang memiliki cahara sendiri), Manu Aman Laka An (ayam jantan merah bercahaya sendiri), Sa Mane Mesak (seperti lelaki tunggal), atau Baudinik Mesak (seperti bintang tunggal).

Dan di puncak Gunung Lakaan ini pula, diyakini oleh masyarakat Kabupaten Belu, lahirlah Manusia Pertama Belu. Sebenarnya ada nama yang dikenakan kepada Leluhur Pertama Orang Belu yang pertama kali hidup di Puncak Gunung Lakaan. Manusia pertama di Belu ternyata seorang Puteri Cantik.

Tidaklah heran kalau masyarakat Belu kebanyakan menganut paham matrilineal karena kisah Tuan Putri Laka Loro Kmesak ini. Walau akhirnya dalam sejarah yang panjang, anak-cucu Manu Aman Lakaan mengembangkan pula sistem patrilineal dengan mem-faen-kotu seorang istri untuk dimasukkan ke rumah suku lelaki. Itu merupakan pengembangan lebih lanjut atau penafsiran terhadap sistem matrilineal yang sudah ada sejak leluhur, di mana, perempuan yang di-faen-kotu, memiliki arti bahwa perempuan itu sangat tinggi harkatnya dan sangat disanjung sehingga suku suami, rela mengorbankan harta bendanya demi mendapatkan perempuan baru sebagai anggota inti rumah suku sang suami.

Manusia Belu pertama yang mendiami wilayah Belu adalah “Suku Melus“. Orang Melus dikenal dengan sebutan “Emafatuk Oan Ema Ai Oan“, (manusia penghuni batu dan kayu). Tipe manusia Melus adalah berpostur kuat, kekar dan bertubuh pendek. Semua para pendatang yang menghuni Belu sebenarnya berasal dari “”Sina Mutin Malaka“. Malaka merupakan tanah asal-usul pendatang di Belu yang berlayar menuju Timor melalui Larantuka. Khusus untuk para pendatang baru yang mendiami daerah Belu terdapat berbagai versi cerita. Kendati demikian, intinya bahwa, ada kesamaan universal yang dapat ditarik dari semua informasi dan data.

Ketiga orang bersaudara dari Malaka tersebut bergelar raja atau loro dan memiliki wilayah kekuasaan yang jelas dengan persekutuan yang akrab dengan masyarakatnya. Kedatangan mereka dari tanah Malaka hanya untuk menjalin hubungan dagang antar daerah di bidang kayu Cendana dan hubungan etnis keagamaan.

Dari semua pendatang di Belu Selatan, pimpinan dipegang oleh “Maromak Oan” Liurai Nain di Belu bagian Selatan. Bahkan menurut para peneliti asing, Maromak Oan kekuasaannya juga merambah sampai sebahagian daerah Dawan (Insana dan Biboki). Dalam melaksanakan tugasnya di Belu, Maromak Oan memiliki perpanjangan tangan yaitu Wewiku, Wehali dan Haitimuk Nain. Selain juga ada di Fatuaruin, Sonbai dan Suai Kamanasa serta Loro Lakekun, Dirma, Fialaran, Maubara, Biboki dan Insana. Maromak Oan sendiri menetap di Laran sebagai pusat kekuasaan kerajaan Wewiku-Wehali.

Para pendatang di Belu tersebut, tidak membagi daerah Belu menjadi Selatan dan Utara sebagaimana yang terjadi sekarang. Menurut para sejarahwan, pembagian Belu menjadi Belu bagian Selatan dan Utara hanyalah merupakan strategi pemerintah jajahan Belanda untuk mempermudah system pengontrolan terhadap masyarakatnya. Dalam keadaan pemerintahan adat tersebut muncullah siaran dari pemerintah rajaraja dengan apa yang disebutnya “Zaman Keemasan Kerajaan”. Apa yang kita catat dan dikenal dalam sejarah daerah Belu adalah adanya kerajaan Wewiku-Wehali (pusat kekuasaan separuh Belu).

Ada juga kerajaan Fialaran di Belu bagian Utara yang dipimpin Dasi Mau Bauk dengan kaki tangannya seperti Loro Bauho, Lakekun, Naitimu, Mandeu, Asumanu, Dualilu, Takirin, Lasiolat dan Lidak. Selain itu ada juga nama seperti Dafala, Manleten, Umaklaran, Sorbau dan Selaoan, serta “Torilai Balibo Dirbati Mauubu, Bobiknuan Maubara, Atabae Atsabe Leimea, juga Lookeu. Dalam perkembangan pemerintahannya muncul lagi tiga bersaudara yang ikut memerintah di Utara yaitu Tohe Nain, Maumutin dan Aitoun.

Sesuai pemikiran sejarawan Belu, perkawinan antara Loro Bauho dan Klusin yang dikenal dengan nama As Tanara membawahi dasi sanulu yang dikenal sampai sekarang ini yaitu Lasiolat, Asumanu, Lasaka, Dafala, Manukleten, Sorbau, Lidak, Tohe Maumutin dan Aitoon. Dalam berbagai penuturan di Utara maupun di Selatan terkenal dengan nama empat jalinan terkait. Di Belu Utara bagian Barat dikenal Umahat, Rin besi hat yaitu Dafala, Manuleten, Umaklaran Sorbauan dibagian Timur ada Asumanu Tohe, BesikamaLasaen, Umalor-Lawain. Dengan demikian rupanya keempat bersaudara yang satunya menjelma sebagai tak kelihatan itu yang menandai asal-usul pendatang di Belu membaur dengan penduduk asli Melus yang sudah lama punah.

Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Kabupaten Belu merupakan gabungan dari 20 wilayah Swapraja/Kerajaan yang meliputi Belu dan sebagian Timor Tengah Utara yaitu Wewiku, Haitimuk, Alas, Wehali, Fatuaruin, Lakekun, Dirma, Mandeu, Insana, Biboki, Harneno, Naitimu, Lidak, Jenilu, Fialaran, Silawan, Maukatar, Lamaknen, Makir, dan Lamaksanulu. Tahun 1862 pusat pemerintahannya berada di Atapupu dengan kepala pemerintahannya disebut Gezakheber. Pada tahun 1910 Swapraja Anas diserahkan kepada Swapraja Amanatun (Timor Tengah Selatan). Pada tanggal 25 Maret 1913, Kerajaan Lidak digabung dengan Kerajaan Jenilu yang dipimpin oleh Raja Don Josef Da Costa dengan nama Swapraja Jenilu.

Kemudian setelah lahirnya Beslit Gubernemen 7 Oktober 1914 maka Kerajaan Jenilu dan Naitimu digabung menjadi sebuah kerajaan baru bernama Kakuluk Mesak di bawah pimpinan Raja Don Josef Da Costa. Jumlah kerajaan di Belu pun tinggal 17 dari sebelumnya 18 buah. Kemudian tanggal 1 April 1915, Swapraja Insana, Swapraja Biboki, dan Swapraja Harneno, dimasukkan ke dalam wilayah Timor Tengah Utara sehingga jumlah kerajaan di Belu tinggal 14 buah. Sebulan kemudian tanggal 29 Mei 1915, Civil Militair Asisten Resident Gramberg menggelar rapat di Besikama dihadiri oleh Swapraja Wehali, Wewiku, Haitimuk, Fatuaruin, Lakekun, Dirma, dan Mandeu. Dalam rapat ini disepakati pembentukan sebuah Swapraja baru bernama Swapraja Malaka. Sementara itu, Beredao yang terletak di tapal batas dengan Timor Portugis telah menjadi Benteng Pertahanan Belanda dari 1911 hingga 1916. Pada tahun 1916, Pusat Pemerintahan Belanda untuk Belu Utara dipindahkan dari Atapupu ke Atambua.

Pada tanggal 19 Januari 1916, Gesachebber melaksanakan rapat dengan Swapraja Makir, Lamaknen, Lamaksanulu, Kakuluk Mesak, Fialaran, dan Silawan yang mengasilkan terbentuknya “Swapraja Belu Tasifeto”. Pada tanggal 20 September 1923, Controleur Belu Van Raesfild Meyer menerbitkan memori tentang struktur pemerintahan di wilayah Belu, yang meliputi seluruh wilayah Belu ditambah Insana, dan Biboki di TTU (sekarang), sebagai berikut:

Pada tanggal 14 Mei 1930 dengan Resident Timor en Onderhoorgheden, Seran Asit Fatin diakui sebagai kepala Swapraja Belu dengan gelar Liurai. Setelah Seran Asit Fatin meninggal dunia pada pada tanggal 9 November 1931 terjadilah kevakuman jabatan Liurai Belu. Pada tanggal 20 Juli 1940 pemerintah Belanda oleh Controleur W. Ch. J. J. Buffart melaporkan kepada pemerintah pusat bahwa Swapraja Belu dihapus dan dibentuk 3 Swapraja baru yaitu Swapraja Malaka, Swapraja Tasifeto, dan Swapraja Lamaknen. Mengakui Antonius Tei Seran sebagai Raja Malaka dengan gelar Liurai, Atok Samara sebagai Raja Tasifeto dengan gelar Astanara, dan Bau Liku Raja Lamaknen bergelar Loro.

Pada 20 Februari 1942, Tentara Jepang mendarat di Batulesa, Kab. Kupang (sekarang), di bawah pimpinan Jenderal Hayakawa. Selanjutnya pada 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, dan meninggalkan Pulau Timor beserta Kabupaten Belu. Sekitar April 1942, tentara Jepang masuk wilayah Atambua. Controleur Belanda, Mr. H. C. de Haan dan keluarga ditawan. Wilayah pemerintahan Belu dipimpin oleh seorang pejabat Jepang yang disebut “Bunken Kanrikan”. Pemerintah Jepang mengakui wilayah Belu terbagi mejadi 2 Swapraja:

Pemerintahan Jepang di Belu dikendalikan dari laut oleh Onderafdelling yang dipimpin pembesar Jepang dengan sebutan Atambua Bun Ken. Terdapat sistem kerja paksa diterapkan Jepang atas rakyat Belu (Romusha). Rakyat wajib membuat lubang-lubang perlindungan dan pertahanan bagi tentara Jepang (masih ada di Teluk Gurita sampai sekarang). Selain itu, rakyat juga diwajibkan menanam tumbuhan jati untuk kepentingan perang Jepang (masih ada sebagai Hutan Jati Nenuk di Tasifeto Barat)

Pada 6 Agustus-8 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada AS dan sekutu, atas seruan Kaiser Tenno Heika. Berakhir pula pendudukan tentara Jepang di Indonesia termasuk Belu. Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Panitia Pemerintahan Sementara (PPS) Swapraja Belu yang dibentuk dengan Beslit Resident Timor en Ondertiooroghden tanggal 2 Mei tahun 1932 No. 842 tetap diakui, dengan anggotanya Loro Lakekun (Benekdiktus Leki Tahuk), Loro Bauho (Hendrikus Besin Siri Da Costa), dan Raja Kewar (A. A. Bere Tallo). Panitia Pemerintahan Sementara (PPS) meliputi 3 Swapraja dan 37 ke-Na’i-an. Pada tanggal 15 Agustus 1946 dibentuk Dewan Raja-Raja Federasi kepulauan Timor di Kefamenanu yang terdiri dari 20 anggota yaitu semua Kepala Swapraja di pulau Timor, Rote, Sabu, dan Alor Pantar. Pada tanggal 31 Maret 1949, keluar peraturan No. 121 oleh Beslit Resident Timor, mengangkat Hendrikus Besin Siri Da Costa sebagai Raja Tasifeto dan A. A. Bere Tallo sebagai Raja Kewar. Dengan SKP Ketua Dewan Raja-raja Timor dan Kepulauan Nomor P.3/21/1 tanggal 20 Agustus 1949 mengangkat A. A. Bere Tallo untuk memangku jabatan Ketua PPA Swapraja Belu, kemudian dibubarkan dengan Undang-Undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 tahun 1950 tanggal 1 Oktober 1950 dan membentuk Pemerintahan Daerah Timor yang dikepalai oleh seorang Kepala Daerah dan didampingi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Pada tanggal 1 April 1951, Kepala Daerah Timor (H. A. Koroh) mengangkat Raja Lamaknen (A. A. Bere Tallo) sebagai anggota Dewan Pemerintahan Daerah (DPD) Timor di Kupang sekaligus merangkap Pj. Ketua Panitia Pemerintahan Sementara (PPS) Swapraja Belu di Atambua dan Raja Lamaknen. SKP Gubernur NTT di Singaraja Nomor Des.2/1/2 tanggal 15 Februari 1954, mengesahkan Majelis Pemerintah Harian Swapraja Belu dengan Ketua A. A. Bere Tallo. Kemudian dengan SKP Gubernur NTT di Singaraja Nomor 115/UP.3/3//63 tanggal 9 Juni 1954, mengangkat A. A. Bere Tallo sebagai Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) Belu.

Pada 29 Oktober 1958, lahirlah UU No. 69 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan terbentuk pula Daerah Tingkat II Belu. Kabupaten Belu berdiri pada tanggal 20 Desember 1958 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1958 dengan Atambua sebagai ibu kota kabupaten dan terdiri dari 6 kecamatan.

Pejabat Pemerintahan Belu terpilih pada 16 Februari 1960, yakni Alfonsius Andreas Bere Tallo sebagai Kepala Daerah Tingkat II Belu, ia kemudian dilantik oleh Gubernur NTT W. J. Lalamentik pada 9 Mei 1960. Pada 20 Mei 1959, DPRD Peralihan Daerah Tingkat II Belu berdiri yang terdiri dari 15 Anggota dengan Ketua B.J Manek dan Wakil Ketua C. Mau.

Pada awal pembentukannya, Kabupaten Belu terdiri dari 6 kecamatan yaitu:

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1992 maka pada tahun 1992 terjadi pemekaran kecamatan menjadi 8 kecamatan yaitu:

Pada tahun 2001 terjadi pemekaran kecamatan lagi menjadi 12 kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belu No. 12 Tahun 2001, yakni:

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belu No. 10 Tahun 2004 terjadi pemekaran kecamatan di Kabupaten Belu menjadi 16 kecamatan, yaitu:

Pada Tahun 2006 Kecamatan di Kabupaten Belu mengalami pemekaran sebanyak tiga kali sehingga pada akhir 2006 Kabupaten Belu terdiri dari 21 kecamatan. Pemekaran ini terjadi didasarkan atas Peraturan Daerah Kabupaten Belu berikut:

Pada tahun 2007, kecamatan di Kabupaten Belu kembali mengalami pemekaran sebanyak dua kali sehingga pada akhir 2007 Kabupaten Belu terdiri dari 24 kecamatan. Pemekaran ini terjadi didasarkan atas Peraturan Daerah Kabupaten Belu berikut:

Kemudian pada tahun 2012 terjadi pemekaran Kabupaten Malaka sehingga dibagi 12 kecamatan untuk Kabupaten Belu dan 12 kecamatan untuk Kabupaten Malaka.

Bentuk Lambang

Bentuk Lambang Daerah adalah Perisai bersisi lima mempunyai arti sebagai berikut:

Arti Lambang

Nama Lain: Rai Belu, Tasifeto, Fialaran-Lamaknen, Manuaman Lakaan.

Kata “Belu” menurut penuturan para tetua adat bermakna “persahabatan” yang bila diterjemahkan secarah harafiah ke dalam bahasa Indonesia berarti “teman” atau “sobat”. Ini merupakan makna simbol yang mendeskripsikan bahwa pada zaman dahulu para penghuni Belu memang hidup saling memperhatikan dan bersahabat dengan siapa saja. Namun secara politis oleh Pemerintah Belanda, Belu dibagi menjadi dua bagian yaitu Belu bagian utara dan Belu bagian selatan, yang hingga sekarang masih terasa pengaruhnya.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu tahun 2018, jumlah penduduk kabupaten Belu pada akhir tahun 2017 adalah 213.596 jiwa; dibagi menjadi 106.782 jiwa laki-laki dan 106.814 jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk di kabupaten Belu antara rahun 2016 dan 2017 adalah 3,00%, dengan angka pernikahan sebanyak 826 rumah tangga baru dan angka kelahiran sebanyak 8843 jiwa. Rasio jenis kelamin tahun 2017 adalah 1,00 yang berarti jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama.

Pada tahun 2018, jumlah penduduk Kabupaten Belu adalah 216.780, dengan laju pertumbuhan penduduk 2,40% per tahun, menjadikannya kabupaten dengan pertumbuhan penduduk tertinggi ke-5 di Nusa Tenggara Timur. 4,02% penduduk Nusa Tenggara Timur tinggal di Kabupaten Belu.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Belu pada tahun 2018 adalah sekitar 33.910 jiwa (15,70%). Angka ini turun dari sebelumnya 15,92% pada tahun 2017, dan 15,82% pada tahun 2016. Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Belu pada tahun 2018 adalah 61,86, turun dari sebelumnya 63,42 pada tahun 2017.

Berdasarkan hasil Sakernas 2017, angkatan kerja tahun 2017 berjumlah 97.869 orang atau 70,55 persen terhadap penduduk kabupaten Belu usia 15 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut sebanyak 97,53 persen berstatus pekerja. Tingkat pengangguran kabupaten Belu tahun 2017 tercatat 2414.

Pada tahun 2018, Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Belu adalah 5,26%.

Mayoritas penduduk di Kabupaten Belu beragama Katolik 89,83% dengan diikuti Kristen Protestan 7,11%, Islam 2,76%, Hindu 0,12%, dan Buddha 0,01%.

Secara adat-istiadat dan kebudayaan, Kabupaten Belu merupakan masyarakat adat Timor, yang hidup dalam empat kelompok suku-bangsa dan bahasa. Penduduk Kabupaten Belu, kebanyakan Orang Tetun. Selain Orang Tetun yang berkonsentrasi di sebagian besar Tasifeto; terdapat juga Orang Marae atau Bunak yang berkonsentrasi di hampir seluruh wilayah Lamaknen Utara dan Lamaknen Selatan serta beberapa perkampungan lain di Tasifeto; Orang Kemak yang berkonsentrasi di Sadi (Tasifeto Timur), dan beberapa perkampungan lain di Tasifeto serta Orang Dawan R yang berkonsentrasi di Manlea dan Biudukfoho, wilayah Malaka. Umumnya penduduk Kabupaten Belu, berasal dari ras Melayu Tua (Proto Melayu), ras yang diyakini lebih tua dan lebih awal mendiami Pulau Timor. Selain Ras Melayu Tua, terdapat juga ras Melayu Muda (Deutero Melayu) dan Asia (Cina). Baik ras Proto Melayu, Deutero Melayu dan Asia, telah berbaur dan telah terikat dalam sistem kawin-mawin, sejak beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun silam.

Di Atambua, juga beberapa kota kecil seperti Atapupu, dan Halilulik, terdapat juga sejumlah kecil penduduk yang berasal dari luar Kabupaten Belu, entah dari Pulau Timor sendiri, ataupun dari luar Pulau Timor. Bahasa daerah Kabupaten Belu adalah bahasa tetun. Bahasa ini sama seperti bahasa daerah dari Kabupaten Malaka, karena kedua kabupaten tersebut memiliki satu nenek moyang.

Daerah kabupaten Belu pada umumnya terdiri atas daratan bukit dan pegunungan serta hutan. Daerah Belu tergolong daerah yang curah hujannya sedikit yang secara tidak langsung iklim tersebut mempengaruhi pola hidup dan watak keseharian masyarakat Belu.

Tempat tinggal orang-orang Belu dahulunya banyak berada di daerah perbukitan yang dikelilingi oleh semak berduri dan batu karang yang tidak mudah didatangi orang dan hidup secara berkelompok, dengan maksud untuk menjaga keamanan dari gangguan orang luar maupun binatang buas. Rumah asli penduduk Belu bernama Lopo, yaitu rumah yang berbentuk seperti kapal terbalik dan ada yang seperti gunung. Atapnya menjulur ke bawah hampir menyentuh tanah. Dinding rumah terbuat dari Pelepah Gewang, biasa disebut Bebak, tiang-tiangnya terbuat dari kayu-kayu balok, sedang atapnya dari daun gewang. Di bagian dalam rumah dibagi menjadi dua ruangan yaitu bagian luar diberi nama Sulak, untuk ruang tamu, tempat tidur tamu, dan tempat anak-anak laki-laki dewasa. Pada bagian dalam disebut Nanan, yaitu tempat untuk tidur keluarga dan tempat makan. Sebelum pengaruh agama masuk ke daerah ini masyarakat di sini sudah mempunyai kepercayaan kepada Sang Pencipta, Sang Pengatur, yang biasa mereka sebut dengan Uis Neno, Dewa Langit dan Uis Afu, Dewa Bumi. Banyak ragam upacara dan sesaji yang ditujukan kepada dewa-dewa tersebut untuk meminta berkah kesuburan tanah, hasil panen dan lain-lain. Salah satu contoh adalah upacara Hamis Batar no Hatama Mamaik suatu upacara sebagai tanda rasa syukur dimulainya musim petik jagung.

Adapula Kerajaan Terpenting di Kabupaten Belu adalah Loro Bauho-Fialaran dan Lamaknen; Gereja Tertua adalah Paroki Atapupu, Paroki Lahurus, Paroki Halilulik, Katedral Atambua, dan Katerdal Nualain; Tarian Asli Belu, yakni Likurai, Tebe dan Bidu Kikit; Bahasa Daerah Terpenting yakni Tetun, Bunak, Kemak dan Dawan R.

Lagu Daerah Terkenal yakni Oras Loro Malirin, Manumutin Torok, Olala, dan Lolon Gol; Hotel Terkenal antara lain Hotel Matahari, Hotel King Star, dan Hotel Timor; dan Makanan Terkenal yakni Ut Moruk, Sambal Tomat Lahurus, Bawang Weluli, Ikan Atapupu, Padi Haekesak, Jagung Bose, Batar Da’an, Tua Mutin, dan roti paung.

Keadaan topografi Kabupaten Belu dapat dikelompokan atas beberapa kelompok berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Terdapat 2 kecamatan yang ketinggiannya di bawah 500 m dpl, yakni Kakuluk Mesak dan Tasifeto Timur dan 10 kecamatan dengan ketinggian di atas 500m dpl.

Wilayah Kabupaten Belu berbatasan dengan:

Secara umum Kabupaten Belu beriklim sabana tropis yang kering (Aw), dengan musim hujan yang pendek dengan temperatur udara berkisar 21,5oC – 33,7o C dan temperatur udara rata-rata sekitar 27,6oC. Temperatur udara tertinggi 37,7oC terjadi pada Bulan November, sedangkan temperatur udara terendah 20,5oC terjadi Bulan Agustus.

Biasanya hujan turun antara Bulan Desember sampai Bulan Maret, sedangkan kemarau berlangsung antara Bulan April sampai Bulan November. Curah hujan di Kabupaten Belu tahun 2005 sebesar 10.903 mm, dengan angka rata-rata curah hujan untuk setiap stasiun sebesar 727 mm. Rata-rata hari hujan 40 hari/tahun, stasiun Haekesak (Raihat) mencatat jumlah hari hujan terbesar, yaitu 97 hari hujan sedangkan terendah di tercatat di stasiun Wemasa (Kobalima) sebesar 19 hari hujan.

Pada tahun 2017, wilayah di Kabupaten Belu memiliki rata-rata curah hujan yang tercatat pada stasiun meteorologi/klimatologi antara 0 – 580 mm. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2016. Berdasarkan jumlah hari hujan dalam setahun, bulan Desember memiliki rata-rata jumlah hari hujan tertinggi yaitu 22 hari hujan dalam satu bulan. Sedangkan bulan yang memiliki rata-rata jumlah hari hujan terendah adalah bulan Mei, Juni, Agustus yaitu 0 hari hujan.

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Belu dalam dua periode terakhir.

Kabupaten Belu memiliki 12 kecamatan, 12 kelurahan, dan 69 desa. Kabupaten Belu terdiri dari 12 Kecamatan, 12 Kelurahan, dan 69 Desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 220.699 jiwa dengan luas wilayah 1.284,97 km² dan sebaran penduduk 172 jiwa/km².

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Belu, adalah sebagai berikut:

Perekonomian di Kabupaten Belu berkembang cukup pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017, nilai PDB Kabupaten Belu adalah Rp2.657.736,600, naik dari Rp2.511.902,300 pada tahun 2016, atau sebanyak 5,292%.

Kegiatan perekonomian di Kabupaten Belu didominasi oleh lapang usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, dengan kontribusi terhadap angka Produk Domestik Bruto Kabupaten Belu sebanyak Rp606.193,500 atau sekitar 22,81% dari jumlah PDB Kabupaten Belu. Jasa pendidikan merupakan lapang usaha dengan kontribusi terhadap PDB kedua tertinggi, sebanyak Rp412.029,600 atau sebanyak 15,50% dari jumlah PDB Kabupaten Belu.

Kegiatan perekonomian juga mendapatkan dorongan yang pesat setelah munculnya restoran bergaya barat, KFC di Atambua Plaza pada November 2015 yang lalu.

Kegiatan pariwisata di Kabupaten Belu berkembang pesat sejak hadirnya Jabal Mart (2014), dan KFC (2015). Dinas Pariwisata Kabupaten Belu selalu mencoba memperbaiki dan menambah berbagai objek wisata. Beberapa objek wisata terkenal di kabupaten Belu adalah:

Tempat Wisata Gunung antara lain Ksadan Takirin, Ksadan Fatulotu, Gunung Lakaan, Fulan Fehan, Air Terjun Sihata Mauhalek, Anin Nawan, Bukit Mandeu, Bukit Lidak, Mata air Lahurus, Mata air Webot Haekesak, Niki Tohe Leten, Kampung Kewar, Air Terjun Weró, Bendungan Rotiklot; Tempat Wisata Pantai antara lain Pasir Putih, Kolam Susuk, dan Teluk Gurita.

Ada pula beberapa tempat wisata lain yang dikelola oleh swasta, antara lain

Beberapa kuliner yang dapat ditemui di Kabupaten Belu antara lain jagung bose, dan jagung bakar.

Source

Peta Kabupaten Belu

Peta Provinsi Nusa Tenggara Timur

 

 

Hubungi kami

Jadi meskipun usaha Anda berada Belu, namun hasil fabrikasi conveyor dapat kami kirimkan ke Belu tersebut. Jadi segera hubungi jasa fabrikasi conveyor Belu

 

Lokasi kantor kami ada di:

PT Datum Presisi Indonesia | Fabrikasi Conveyor dan Tangki

Komplek Lingkungan Industri Kecil (LIK) Blok G12A-G13A, Jl. Soekarno Hatta No.Km 12, RW.5, Mekar Mulya, Gedebage, Bandung City, West Java 40614

0812-2245-0496

atau hubungi Jasa Fabrikasi Conveyor Belu via tombol WA dibawah ini

 

Kami membantu meningkatkan pendapatan usaha Anda memakai dengan conveyor custom cocok Keperluan produksi.

Mungkin Anda juga tertarik...

error: Alert: Content is protected !!